Vinus Forum Bahas Akumulasi Krisis Legitimasi, Yusfitriadi Tekankan Reformasi Politik dan Perubahan Mentalitas

Ket. Ketua Visi Nusantara Maju Yusfitriadi

SuaraInetizen.com, Bogor – Vinus Forum kembali menggelar diskusi publik bertema “Akumulasi Krisis Legitimasi” pada Selasa (2/9/2025). Acara berlangsung di Kantor Visi Nusantara Maju, Bumi Cibinong Endah, Kabupaten Bogor, dan dihadiri tokoh lintas bidang, mulai dari akademisi, aktivis demokrasi, hingga penggerak organisasi masyarakat sipil.

Diskusi yang dimulai pukul 12.30 WIB tersebut menghadirkan empat narasumber utama: Ketua Visi Nusantara Maju Yusfitriadi, Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow, Rektor ITB Vinus Bogor Daniel Zuchron, serta Ketua Yayasan Campernik Indri Hafsari. Adapun Chikal Akmalul Fauzi, Founder Vinus Muda, bertindak sebagai moderator.

Dalam paparannya, Yusfitriadi menegaskan bahwa krisis legitimasi merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan demokrasi di Indonesia. Menurutnya, kepercayaan publik terhadap lembaga negara kian melemah akibat akumulasi berbagai persoalan yang tak kunjung terselesaikan.

“Kita menyaksikan akumulasi kekecewaan publik yang berulang, mulai dari isu korupsi, kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, hingga proses politik yang dianggap tidak transparan. Semua ini perlahan mengikis legitimasi negara di mata warganya,” tegas Yusfitriadi.

Ia menambahkan, pergantian rezim dari masa ke masa tidak selalu membawa perubahan berarti. Mulai dari peralihan rezim lama ke Orde Baru yang disebut revolusi, hingga peralihan dari Orde Baru ke era Reformasi, menurutnya perubahan yang terjadi masih sebatas pergantian rezim, belum menyentuh perubahan struktural yang mendasar.

“Faktanya, setelah reformasi pun banyak hal tidak berubah. Perubahan struktural tidak akan berdampak baik jika tidak diikuti dengan perubahan mentalitas. Karakter dan mentalitas bangsa inilah yang harus dibenahi, di samping tegaknya supremasi hukum,” jelasnya.

Yusfitriadi juga menyoroti peran partai politik dalam menciptakan sistem demokrasi yang sehat. Ia menilai partai politik perlu melakukan reformasi internal agar benar-benar menjadi pilar demokratisasi, bukan sekadar kendaraan politik semata.

BACA JUGA:  Anjangsana TNI dan  Silaturahmi Satgas Yonif 521/DY di Distrik Benawa

“Partai politik harus mampu menjadi wadah pendidikan politik bagi rakyat, bukan sekadar mendompleng popularitas artis atau tokoh untuk kepentingan elektoral. Jika iklim demokrasi tidak dibangun dengan baik, maka pergantian kepemimpinan hanya akan mengulang pola lama,” ujarnya.

Menurutnya, demokrasi hanya bisa berjalan sehat jika partai politik menjalankan fungsi dengan baik, didukung oleh kontrol publik yang kuat.

Lebih jauh, Yusfitriadi menekankan pentingnya partisipasi publik dalam menjaga kualitas demokrasi. Ia menyebut, banyak persoalan bangsa terjadi karena masyarakat yang seharusnya bersuara justru memilih diam.

“Sebenarnya tidak ada orang jahat, yang ada hanyalah orang baik yang diam. Jika wakil rakyat maupun masyarakat luas memilih bungkam, maka perubahan tidak akan pernah terjadi. Mentalitas inilah yang perlu diubah agar demokrasi bisa lebih sehat,” tegasnya.

Ia menutup paparannya dengan menekankan bahwa pergantian rezim atau kepemimpinan tidak akan memberikan perbedaan signifikan jika tidak ada perubahan mentalitas, reformasi partai politik, serta penegakan supremasi hukum yang konsisten.

Diskusi publik Vinus Forum kali ini menjadi wadah refleksi bersama tentang pentingnya memperkuat legitimasi demokrasi Indonesia. Dengan kehadiran berbagai narasumber dari beragam latar belakang, forum ini memberikan sudut pandang yang komprehensif mengenai tantangan dan peluang demokrasi ke depan.

Acara juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Vinus Forum, sehingga masyarakat yang tidak hadir langsung tetap bisa mengikuti jalannya diskusi. ( Red)

About The Author